KONSULTASI GIZI solusigizi.blogspot.com. Solusi masalah gizi anda.

Blog ini dikelola oleh Chalimatus Syakdiyah, biasa dipanggil “memey”. Lahir di Kota Pasuruan, 31 Maret 1989. Tinggal di Kota Bogor. Pengelola blog ini menamatkan studi SMP-SMA di Surabaya. Saat ini pengelola blog studi S1 Jurusan Ilmu Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama kuliah di IPB, pengelola blog aktif di beberapa organisasi intra dan extra kampus.

Semoga blog ini bermanfaat.

Minggu, 24 Oktober 2010

BERAT BADAN LEBIH (OBESITAS) PADA ANAK (2)

Definisi
Istilah kegemukan (overweight) dengan obesitas (obesity) seringkali dianggap sama, walaupun sebenarnya berbeda. Kegemukan menurut Rimbawan dan Siaginan (2004) adalah kondisi berat tubuh melebihi normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak untuk pria melebihi 20% dan wanita 25% dari berat tubuh. Penyakit obesitas terjadi karena ketidakseimbangan konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi di dalam tubuh disimpan dalam bentuk lemak.
Penyebab
Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi (Heird 2002). Penyebab obesitas antara lain :
1.    Faktor Genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas, bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila  kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14% (Syarif 2003).
2.    Faktor Lingkungan
Ø Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg.
Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah- raga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.
Gaya hidup yang sedikit menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Berkurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup sedentaris berpengaruh terhadap terjadinya obesitas
Ø Faktor Nutrisional
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh  waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi (Syarif 2000).
Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan (Kompelman 2000).
Ø Faktor Sosial Ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Syarif 2000). Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti ke sekolah dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang bermain komputer/games, menonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas.
Penatalaksanaan
Penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikutsertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah/ modifikasi pola hidup.
1.    Menetapkan Target Penurunan Berat Badan
Prinsip penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi. Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per bulan.
2.    Pengaturan Diet
o   Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan       normal.
o   Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein  15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.
o   Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari.
3.    Pengaturan Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh  terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
4.    Mengubah Pola Hidup/Perilaku
o   Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya.
o   Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
o   Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
o   Memberikan penghargaan dan hukuman.
o   Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
5.    Peran Serta Orang Tua, Anggota Keluarga, Teman dan Guru
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet
6.    Terapi Intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.
Dampak
1.    Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita  hipertensi.
2.    Diabetes Mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 jarang ditemukan pada anak obesitas. Prevalensi penurunan glukosa toleran test pada anak obesitas adalah 25% sedang diabetes mellitus tipe 2 hanya 4%. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe 2 mempunyai IMT > + 3SD atau > persentile ke 99.
3.    Obstruktive Sleep Apnea
Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi.
4.    Gangguan Ortopedik
5.    Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik. Gangguan ortopedik ini disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul.
6.    Pseudotumor Serebri
Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas

2 komentar:

  1. Artikelnya bagus sekali.
    Kebetulan saya memiliki masalah berat badan pada anak saya. Sebelumnnya perkenalkan, saya Atika Maulida, Ibu Rumah Tangga, saya memiliki seorang anak berusia 7 tahun, Tingginya 125cm, Berat badannya 35 kg. Anak saya tersebut kelihatan sangat gemuk. Bagaimana cara menurunkan BB pada anak saya tersebut?
    Terima kasih atas jawabannya...

    BalasHapus
  2. Salam sehat bu Atika...
    Melihat TB dan BB anak ibu tergolong gemuk, dengan usia masih 7 tahun. Dalam proses penurunan BB pada anak yang masih mengalami pertumbuhan, jangan sampai mengurangi asupan zat gizi yang dibutuhkan. Karena akan mengakibatkan anak akan gampang terserang penyakit. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, misalnya :
    1. Batasi asupan makanan yang mengandung tinggi gula dan lemak, makan sekedarnya saja. Apabila anak suka “ngemil”, diusahakan sebelum makan cemilan yang diinginkan, diberi buah terlebih dahulu untuk mengurasi rasa keinginan ngemil tersebut. Seperti buah apel, pear, atau pepaya.
    2. Ajak anak untuk aktif beraktivitas, seperti ajak bermain, atau jalan-jalan 20-30 menit per hari. Jangan sampai anak anda berdiam lama di depan TV dan maen game terlalu lama. Karena dengan aktivitas yang sedikit akan merasa ingin makan terus. Karena sedikitnya aktivitas fisik dengan asupan makanan yang banyak akan memicu terjadinya obesitas.

    Mungkin itu solusi yang saya berikan, selamat mencoba...

    BalasHapus